W E L C O M E

selamat datang di blog kami..kami senang anda berkunjung..silahkan lihat informasi yang anda cari..,eitss jgn lupa kasi komen ya..!?

Mengenai Saya

Foto saya
Berdua semakin istimewa...

Minggu, 22 November 2009

Perkembangan Hukum

Perkembangan Hukum di Indonesia pada Awal Kemerdekaan

Garis politik hukum dalam UUD 1945 sebelum perubahan tidak diarahkan pada aspek materi hukum dan bentuk hukum melainkan pada kedaulatan hukum (supremasi hukum), reichtsidee (cita-cita hukum) dan ketentuan Pasal II Aturan Peralihan. Ide hukum nasional yang hendak diwujudkan melalui UUD 1945 adalah ide pengayoman, ide keadilan social, ide demokrasi , ide ketuhanan dan kemanusiaan. Politik Hukum melalui Pasal II Aturan Peralihan UUD 1945 sebelum perubahan pada dasarnya merupakan komitmen pada pandangan system civil law yaitu diberlakukannya hukum tertulis dalam penyelesaian persoalan hukum . Maka dari itu, dengan berlakunya Pasal II Aturan Peralihan , kekhawatiran kekosongan hukum tidak akan terjadi. Berdasarkan pemikiran tersebut maka berlakunya Wetboek van Straafrecht atau Kitab Undang – Undang Hukum Pidana (KUHP) dan Bugerlijk Wetboek atau Kitab Undang – Undang Hukum Perdata (KUHPER) diterima sebagai sebuah konsekuensi logis.
Akibat dianutnya pemikiran Pasal II Aturan Peralihan tersebut maka pembentukan hukum yang berakar pada buidaya bangsa terabaikan. Setelah perubahan UUD 1945 ternyata kaidah Pasal II Aturan Peralihan UUD 1945 tersebut masih dimuat dalam Pasal 1 Aturan Peralihan UUD 1945 perubahan. Di sisi lain, hukum Barat yang terkodifikasi dalam KUHP dan KUHPER justru menjadi hukum positif yang harus diterima. Terhadap KUHP terdapat permasalahan tafsir bahasa terkait dengan tidak adanya terjemahan resmi yang dibuat oleh Negara . Dalam praktiknya ternyata terdapat perbedaan penggunaan buku KUHP terjemahantidak resmi. Akibatnya setiap penegak hukum secara bebas dapat menggunakan buku hukum terjemahan tidak resmi tersebut, yang notabene memiliki perbedaan terjemahan. Namun demikian juga tidak mungkin menerapkan Wetboek van Straafrecht (WvS) sebagai hukum positif. Hal ini terkait dengan 2 alasan yaitu :
  1. Bahwa WvS ditulis dalam bahasa Belanda maka tidak mungkin hal ini dpat dikuasai secara baik oleh orang Indonesia
  2. Bahwa berdasar ketentuan Pasal 36 UUD 1945 yaitu “Bahasa Negara adalah Bahasa Indonesia” maka hukum nasional pun harus dirumuskan dalam bahasa Indonesia.
(Sirilius Siahaan, FH USU 2006).

Selasa, 10 November 2009

Global Positioning System (GPS)


GLOBAL POSITIONING SYSTEM (GPS)

PROGRAM STUDI MANAJEMEN HUTAN
DEPARTEMEN KEHUTANAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2009

BAB I
PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang
GPS (Global Positioning System) adalah sistem satelit navigasi dan penentuan posisi yang dimiliki dan dikelola oleh Amerika Serikat. Sistem ini didesain untuk memberikan posisi dan kecepatan tiga-dimensi serta informasi mengenai waktu, secara kontinyu di seluruh dunia tanpa bergantung waktu dan cuaca, bagi banyak orang secara simultan. Saat ini GPS sudah banyak digunakan orang di seluruh dunia dalam berbagai bidang aplikasi yang menuntut informasi tentang posisi, kecepatan, percepatan ataupun waktu yang teliti. GPS dapat memberikan informasi posisi dengan ketelitian bervariasi dari beberapa millimeter (orde nol) sampai dengan puluhan meter.
Global Positioning System (GPS) adalah satu-satunya sistem navigasi satelit yang berfungsi dengan baik. Sistem ini menggunakan 24 satelit yang mengirimkan sinyal gelombang mikro ke Bumi. Sinyal ini diterima oleh alat penerima di permukaan, dan digunakan untuk menentukan posisi, kecepatan, arah, dan waktu. Sistem yang serupa dengan GPS anatara lain GLONASS Rusia, Galileo Uni Eropa, IRNSS India.
Sistem ini dikembangkan oleh Departemen Pertahanan Amerika Serikat, dengan nama lengkapnya adalah NAVSTAR GPS (kesalahan umum adalah bahwa NAVSTAR adalah sebuah singkatan, ini adalah salah, NAVSTAR adalah nama yang diberikan oleh John Walsh, seorang penentu kebijakan penting dalam program GPS). Kumpulan satelit ini diurus oleh 50th Space Wing Angkatan Udara Amerika Serikat. Biaya perawatan sistem ini sekitar US$750 juta per tahun, termasuk penggantian satelit lama, serta riset dan pengembangan.
Tentunya sangat menarik bila kita melihat fakta diatas bahwa Negara-negara adidaya rela mengeluarkan sumbangan finansial yang cukup besar untuk pengembangan alat tersebut. Perlu kiranya kita melihat keuntungan apa yang mereka peroleh sehingga pengembangannya begitu diutamakan.

1.2.Rumusan Masalah
Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam laporan ini adalah:
1. Apakah sistem GPS (Global Positioning System) itu?
2. Bagaimanakah sistem GPS itu bekerja?
3. Apakah kegunaan dan aplikasi dari sistem GPS tersebut?

1.3.Tujuan Penulisan
Adapun tujuan praktikum yang berjudul GPS ini adalah agar praktikan dapat mengetahui pengertian, kegunaan dan aplikasi dari sistem GPS.


BAB II
PEMBAHASAN

2.1.Pengenalan Sistem Global Positioning System (GPS)
GPS (Global Positioning System) adalah sebuah sistem navigasi berbasiskan radio yang menyediakan informasi koordinat posisi, kecepatan, dan waktu kepada pengguna di seluruh dunia. Jasa penggunaan satelit GPS tidak dikenakan biaya. Pengguna hanya membutuhkan GPS receiver untuk dapat mengetahui koordinat lokasi. Keakuratan koordinat lokasi tergantung pada tipe GPS receiver. GPS terdiri dari tiga bagian yaitu satelit yang mengorbit bumi (Satelit GPS mengelilingi bumi 2x sehari), stasiun pengendali dan pemantau di bumi, dan GPS receiver (alat penerima GPS). Satelit GPS dikelola oleh Amerika Serikat. Alat penerima GPS inilah yang dipakai oleh pengguna untuk melihat koordinat posisi. Selain itu GPS juga berfungsi untuk menentukan waktu (Sutrisnono, 2008).
Contoh Alat Global Positioning System (GPS)


Secara umum ada tiga segmen dalam sistem GPS yaitu segmen sistem kontrol, segmen satelit, dan segmen pengguna. Satelit GPS dapat dianalogikan sebagai stasiun radio angkasa, yang diperlengkapi dengan antena-antena untuk mengirim dan menerima sinyal –sinyal gelombang. Sinyal-sinyal ini selanjutnya diterima oleh receiver GPS di/dekat permukaan bumi, dan digunakan untuk menentukan informasi posisi, kecepatan, maupun waktu. Selain itu satelit GPS juga dilengkapi dengan peralatan untuk mengontrol attitude satelit. Secara umum segmen sistem kontrol berfungsi mengontrol dan memantau operasional satelit dan memastikan bahwa satelit berfungsi sebagaimana mestinya. Segmen pengguna terdiri dari para pengguna satelit GPS di manapun berada. Dalam hal ini alat penerima sinyal GPS (GPS receiver) diperlukan untuk menerima dan memproses sinyal -sinyal dari satelit GPS untuk digunakan dalam penentuan posisi, kecepatan dan waktu. Komponen utama dari suatu receiver GPS secara umum adalah antena dengan pre-amplifier, bagian RF dengan pengidentifikasi sinyal dan pemroses sinyal, pemroses mikro untuk pengontrolan receiver, data sampling dan pemroses data ( solusi navigasi ), osilator presisi , catu daya, unit perintah dan tampilan, dan memori serta perekam data (Wikipedia, 2009).
Satelit GPS memancarkan dua sinyal yaitu frekuensi L1 (1575.42 MHz) dan L2 (1227.60 MHz). Sinyal L1 dimodulasikan dengan dua sinyal pseudo-random yaitu kode P (Protected) dan kode C/A (coarse/aquisition). Sinyal L2 hanya membawa kode P. Setiap satelit mentransmisikan kode yang unik sehingga penerima (GPS Receiver) dapat mengidentifikasi sinyal dari setiap satelit. Pada saat fitur ”Anti-Spoofing” diaktifkan, maka kode P akan dienkripsi dan selanjutnya dikenal sebagai kode P(Y) atau kode Y. Penghitungan posisi dilakukan dengan 2 cara yaitu dengan kode C/A dan kode P(Y). GPS receiver menghitung jarak antara GPS receiver dengan satelit (pseudorange). Ada tiga jenis alat GPS. Tipe pertama adalah GPS Navigasi, GPS Navigasi biasanya memiliki tingkat kesalahan dibawah 10 m (rata-rata GPS tipe ini memiliki kesalahan 3 sampai dengan 6 meter), Harga GPS Navigasi berkisar dari Rp 750 ribu sampai dengan Rp 10 juta-an). Tipe kedua adalah tipe GPS Geodesi single frekuensi, GPS Geodesi single frekuensi biasanya digunakan untuk pemetaan, tingkat kesalahan dibawah 1 m, GPS Geodesi tipe ini dijual sekitar 20 -30 jutaan. GPS tipe terakhir adalah GPS tipe Geodetik dual frekuensi, GPS ini memiliki tingkat ketelitian yang tinggi dan tingkat kesalahannya di bawah 1 cm. GPS Geodesi dual frekuensi digunakan untuk mengukur pergerakan tanah (Anonimous, 2009).

2.2.Cara Kerja Sistem GPS
Setiap satelit mentransmisikan dua sinyal yaitu L1 (1575.42 MHz) dan L2 (1227.60 MHz). Sinyal L1 dimodulasikan dengan dua sinyal pseudo-random yaitu kode P (Protected) dan kode C/A (coarse/aquisition). Sinyal L2 hanya membawa kode P. Setiap satelit mentransmisikan kode yang unik sehingga penerima (perangkat GPS) dapat mengidentifikasi sinyal dari setiap satelit. Pada saat fitur ”Anti-Spoofing” diaktifkan, maka kode P akan dienkripsi dan selanjutnya dikenal sebagai kode P(Y) atau kode Y. Perangkat GPS yang dikhususkan buat sipil hanya menerima kode C/A pada sinyal L1 (meskipun pada perangkat GPS yang canggih dapat memanfaatkan sinyal L2 untuk memperoleh pengukuran yang lebih teliti. Perangkat GPS menerima sinyal yang ditransmisikan oleh satelit GPS. Dalam menentukan posisi, kita membutuhkan paling sedikit 3 satelit untuk penentuan posisi 2 dimensi (lintang dan bujur) dan 4 satelit untuk penentuan posisi 3 dimensi (lintang, bujur, dan ketinggian). Semakin banyak satelit yang diperoleh maka akurasi posisi kita akan semakin tinggi. Untuk mendapatkan sinyal tersebut, perangkat GPS harus berada di ruang terbuka. Apabila perangkat GPS kita berada dalam ruangan atau kanopi yang lebat dan daerah kita dikelilingi oleh gedung tinggi maka sinyal yang diperoleh akan semakin berkurang sehingga akan sukar untuk menentukan posisi dengan tepat atau bahkan tidak dapat menentukan posisi.



Perangkat GPS menerima sinyal dari satelit dan kemudian melakukan perhitungan sehingga pada tampilan umumnya kita dapat mengetahui posisi (dalam lintang dan bujur), kecepatan, dan waktu. Disamping itu juga informasi tambahan seperti jarak, dan waktu tempuh. Posisi yang ditampilkan merupakan sistem referensi geodetik WGS-84 dan waktu merupakan referensi USNO (U.S. Naval Observatory Time) (Jangwahyu, 2009).
Skema Sistematika Kerja GPS
Ada 3 macam tipe alat GPS, dengan masing-masing memberikan tingkat ketelitian (posisi) yang berbeda-beda. Tipe alat GPS pertama adalah tipe Navigasi (Handheld, Handy GPS). Tipe nagivasi harganya cukup murah, sekitar 1 – 4 juta rupiah, namun ketelitian posisi yang diberikan saat ini baru dapat mencapai 3 sampai 6 meter. Tipe alat yang kedua adalah tipe geodetik single frekuensi (tipe pemetaan), yang biasa digunakan dalam survey dan pemetaan yang membutuhkan ketelitian posisi sekitar sentimeter sampai dengan beberapa desimeter. Tipe terakhir adalah tipe Geodetik dual frekuensi yang dapat memberikan ketelitian posisi hingga mencapai milimeter. Tipe ini biasa digunakan untuk aplikasi precise positioning seperti pembangunan jaring titik kontrol, survey deformasi, dan geodinamika. Harga receiver tipe geodetik cukup mahal, mencapai ratusan juta rupiah untuk 1 unitnya (Anonimous, 2007).
Metoda penentuan posisi dengan GPS pertama-tama terbagi dua, yaitu metoda absolut, dan metoda diferensial. Masing-masing metoda kemudian dapat dilakukan dengan cara real time dan atau post-processing. Apabila obyek yang ditentukan posisinya diam maka metodenya disebut Statik. Sebaliknya apabila obyek yang ditentukan posisinya bergerak, maka metodenya disebut kinematik. Selanjutnya lebih detail lagi kita akan menemukan metoda-metoda seperti SPP, DGPS, RTK, Survei GPS, Rapid statik, pseudo kinematik, dan stop and go, serta masih ada beberapa metode lainnya
Pada sistem GPS terdapat beberapa kesalahan komponen sistem yang akan mempengaruhi ketelitian hasil posisi yang diperoleh. Kesalahan-kesalahan tersebut contohnya kesalahan orbit satelit, kesalahan jam satelit, kesalahan jam receiver, kesalahan pusat fase antena, dan multipath. Hal-hal lainnya juga ada yang mengiringi kesalahan sistem seperti efek imaging, dan noise. Kesalahan ini dapat dieliminir salah satunya dengan menggunakan teknik differencing data. Ketika sinyal melalui lapisan atmosfer, maka sinyal tersebut akan terganggu oleh konten dari atmosfer tersebut. Besarnya gangguan di sebut bias. Bias sinyal yang ada utamanya terdiri dari 2 macam yaitu bias ionosfer dan bias troposfer. Bias ini harus diperhitungkan (dimodelkan atau diestimasi atau melakukan teknik differencing untuk metode diferensial dengan jarak baseline yang tidak terlalu panjang) untuk mendapatkan solusi akhir koordinat dengan ketelitian yang baik. Apabila bias diabaikan maka dapat memberikan kesalahan posisi sampai dengan orde meter (Weli, 2009).

2.3.Penggunaan dan Aplikasi dari GPS
GPS (Global Positioning System) adalah sistem satelit navigasi yang paling populer dan paling banyak diaplikasikan di dunia pada saat ini, baik di darat, laut, udara, maupun angkasa. Disamping aplikasi-aplikasi militer, bidang-bidang aplikasi GPS yang cukup marak saat ini antara lain meliputi survai pemetaan, geodinamika, geodesi, geologi, geofisik, transportasi dan navigasi, pemantauan deformasi, pertanian, kehutanan, dan bahkan juga bidang olahraga dan rekreasi. Di Indonesia sendiri penggunaan GPS sudah dimulai sejak beberapa tahun yang lalu dan terus berkembang sampai saat ini baik dalam volume maupun jenis aplikasinya.
Contoh beberapa bidang yang membutuhkan terapan dari penggunaan GPS:
  1. Militer, GPS digunakan untuk keperluan perang, seperti menuntun arah bom, atau mengetahui posisi pasukan berada. Dengan cara ini maka kita bisa mengetahui mana teman mana lawan untuk menghindari salah target, ataupun menetukan pergerakan pasukan.
  2. Navigasi, GPS banyak juga digunakan sebagai alat navigasi seperti kompas. Beberapa jenis kendaraan telah dilengkapi dengan GPS untuk alat bantu nivigasi, dengan menambahkan peta, maka bisa digunakan untuk memandu pengendara, sehingga pengendara bisa mengetahui jalur mana yang sebaiknya dipilih untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
  3. Sistem Informasi Geografis, Untuk keperluan Sistem Informasi Geografis, GPS sering juga diikutsertakan dalam pembuatan peta, seperti mengukur jarak perbatasan, ataupun sebagai referensi pengukuran.
  4. Sistem pelacakan kendaraan, Kegunaan lain GPS adalah sebagai pelacak kendaraan, dengan bamtuan GPS pemilik kendaraan/pengelola armada bisa mengetahui ada dimana saja kendaraannya/aset bergeraknya berada saat ini.
  5. Pemantau gempa, Bahkan saat ini, GPS dengan ketelitian tinggi bisa digunakan untuk memantau pergerakan tanah, yang ordenya hanya mm dalam setahun. Pemantauan pergerakan tanah berguna untuk memperkirakan terjadinya gempa, baik pergerakan vulkanik ataupun tektonik (Endang, 2008).
Selain teknologi GPS, dibeberapa Negara di belahan dunia ini, ada beberapa teknologi yang mirip dengan GPS dikembangkan oleh Negara-negara tersebut untuk kepentingannya. Beberapa jenis sistem tersebut diantaranya adalah:
  • Beidou — Sistem lokal di RRC yang akan dikembangkan menjadi sistem internasional bernama COMPASS.
  • Galileo — Sistem yang sedang dikembangkan oleh Uni Eropa, dengan bantuan dari RRC, Israel, India, Moroko, Arab Saudi, Korea Selatan, dan Ukraina.
  • GLONASS — Sistem milik Rusia yang sedang diperbaiki.
  • Indian Regional Navigational Satellite System (IRNSS) — Sistem yang dikembangkan India (Wikipedia, 2009).
BAB III
PENUTUP

  1. Berdasarkan literatur Sutrisnono (2008), maka dapat disimpulkan bahwa GPS adalah sebuah sistem navigasi berbasiskan radio GPS (Global Positioning System) yang merupakan sistem navigasi satelit yang dikembangkan oleh Departemen Pertahanan Amerika Serikat (US DoD = United States Department of Defense). GPS memungkinkan kita mengetahui posisi geografis kita (lintang, bujur, dan ketinggian di atas permukaan laut). Jadi dimanapun kita berada di muka bumi ini, kita dapat mengetahui posisi kita dengan tepat.
  2. Berdasarkan literature Jangwahyu (2009), Setiap satelit GPS bekerja dengan mentransmisikan dua sinyal yaitu L1 (1575.42 MHz) dan L2 (1227.60 MHz). Sinyal L1 dimodulasikan dengan dua sinyal pseudo-random yaitu kode P (Protected) dan kode C/A (coarse/aquisition).
  3. Berdasarkan literature Anonimous (2007), tidak semua GPS receiver itu menyediakan informasi dengan tingkat keakuratan yang sama. Masing-masing GPS berbeda keakuratannya sesuai tingkat harga dan peruntukan penggunaannya.
  4. Berbagai aplikasi terapan dan penggunaan yang dapat dilakukan dengan GPS misalnya untuk bidang militer, sistem navigasi, informasi geografi, yang semuanya itu berdasar pada penggunaan informasi yang disediakan GPS.

Senin, 09 November 2009

Gempa Vulkanik

GEMPA VULKANIK

Pendahuluan | Proses Terjadinya Gempa Vulkanik | Karakteristik dan Alat Rekam Gempa Vulkanik
Gempa Vulkanik dan Gunung Api | Penutup
________________________________________
Pendahuluan
Pengertian Gempa Vulkanik

Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian (BPPTK) Yogyakarta mencatat peningkatan gempa vulkanik dangkal (VTB) dan gempa guguran di Gunung Merapi. Kondisi itu sebagai indikasi kuat bahwa desakan energi magma ke permukaan puncak makin mengkhawatirkan. (Media Indonesia On Line, Rabu, 10 Mei 2006 14:10 WIB).
Itulah berita yang berhubungan dengan gempa vulkanik. Gempa vulkanik adalah gempa yang disebabkan oleh kegiatan gunung api. Magma yang berada pada kantong di bawah gunung tersebut mendapat tekanan dan melepaskan energinya secara tiba-tiba sehingga menimbulkan getaran tanah.


Gambar 1: Gunung Merapi sedang mengeluarkan asap debu
Ada dua katagori gempa yang terjadi pada gunung api:
•gempa vulkanik- tektonik dan
•gempa periode panjang
Gempa vulkanik- tektonik terjadi akibat perubahan tekanan pada batuan padat yang oleh injeksi atau tarikan magma (Chouet, 1993). Gempa jenis ini dapat menimbulkan tanah longsor dan retakan tanah yang luas. Gempa ini dapat terjadi karena batuan bergerak untuk mengisi ruang-ruang dimana magma sudah kosong. Gempa vulkano-tektonik bukan merupakan gejala gunung api akan meletus tapi dapat terjadi sewaktu-waktu.
Gempa periode panjang ditimbulkan oleh injeksi magma ke dalam batuan di sekitarnya, sehingga timbul tekanan terhadap batuan yang pada akhirnya timbul gempa . Keaktifan gempa tipe ini menandakan bahwa gunung api akan meletus. Para ahli menggunakan seismograf untuk mencatat signal dari gempa-gempa yang disebut dengan tremor (getaran frekuensi tinggi ) (Chouet, 1993).

Proses Terjadinya Gempa Vulkanik
Gempa bumi vulkanik terjadi karena adanya proses dinamik dari magma dan cairan yang bersifat hidrotermal (peka terhadap panas), sehingga dapat dipakai sebagai tanda-tanda awal peningkatan keaktifan gunung api. Proses fluida (cairan) dinamis yang terjadi karena adanya gradien suhu dan tekanan magma dapat menimbulkan gelombang gempa yang berasal dari proses resonansi retakan yang terisi cairan magma. Frekuensi gempa vulkanik yang dominan berkisar antara 1 sampai 5 Hz, selain frekuensi rendah lainnya.
Gempa vulkanik sebenarnya terdiri atas beberapa tipe seperti pada tabel di bawah ini:
Tipe Gempa Keterangan
  1. Frekuensi Tinggi Frekuensi dominant berkisar antara 5-15 Hz. Disebabkan oleh sesar atau mendatar
  2. Frekuensi Rendah Frekuensi dominant antara 1-5 Hz. Peneyebab karena proses tekanan cairan (fluida)
  3. Multifase Mengandung frekuensi rendah dan tinggi yang merupakan proses kombinasi
  4. Ledakan Disebabkan oleh letusan yang sifatnya explosive. Sinyal mengandung gelombang udara juga gelombang tanah.
  5. Tremor Tremor adalah sinyal yang kontinyu dengan durasi menit sampai beberapa hari. Frekuensi dominant 1-5 Hz
  6. Periode Sangat Panjang Periodenya dari 3 sampai 20 detik yang disertai dengan letusan gas belerang
  7. Dangkal Proses bukan vulkanik yang dapat menimbulkan gelombang gempa. Contoh, gerakan salju,.

Karakteristik dan Alat Rekam Gempa Vulkanik
  1. Karakteristik Gempa Vulkanik, Gempa vulkanik biasanya terjadi di daerah sekitar gunung api dan magnitudenya pada umumnya kecil rata rata kurang dari 5 Skala Richter. Gempa vulkanik dengan magnitude 5-6 sangat jarang terjadi. Kedalaman gempa vulkanik berkisar antara 0-40 km.
  2. Alat Rekam Gempa Vulkanik alat untuk merekam tinggi-rendahnya getaran gempa namanya seismograf.

Gempa Vulkanik dan Gunung Api
  • Hubungan Gempa Vulkanik dan Gunang Api. Sebelum terjadi letusan gunung api, kegiatan magma meningkat. Dengan peningkatan magma menyebabkan tekanan terhadap batuan di sekitar kantong magma yang menimbulkan getaran seismik. Dengan demikian bila gempa vulkanik meningkat dapat ditandai bahwa gunung api akan meletus,walaupun hubungan ini tidak selalu terjadi.
  • Beberapa Letusan Gunung Api yang Disertai Getaran Gempa. Beberapa gunung api yang meletus biasanya diikuti dengan getaran gempa, baik sebelum maupun sesaat terjadi letusan gunung api, misalnya: Gunung Merapi di Jawa Tengah, Gunung Semeru di Jawa Timur. Di luar Indonesia juga terjadi gempa sewaktu letusan ,misalnya, Gunung St. Helen di Amerika.

Penutup
Gempa vulkanik yang terjadi karena peningkatan kegiatan gunung api ternyata tidak terlalu membahayakan karena kekuatannya tidak begitu besar. Selain itu gempa vulkanik dapat dijadikan salah satu tanda gejala suatu gunung api akan meletus walaupun tidak selalu terjadi hubungan seperti itu.

Sebuah Sistem Peringatan Dini Tsunami adalah merupakan rangkaian sistem kerja yang rumit dan melibatkan banyak pihak secara internasional, regional, nasional, daerah dan bermuara di Masyarakat. Apabila terjadi suatu Gempa, maka kejadian tersebut dicatat oleh alat Seismograf (pencatat gempa). Dilautan, peralatan-peralatan elektronis juga mencatat serta merekam data-data dasar serta permukaan laut. Data-data tersebut kemudian dikirim melalui Satelit kekantor-kantor yang berwenang (untuk Indonesia bernama BMG). Selanjutnya BMG akan mengeluarkan INFO GEMPA yang disampaikan melalui peralatan teknis secara simultan. Cara penyampaian Info Gempa tersebut untuk saat ini adalah melalui SMS, Facsimile, Telepon, Email, RANET (Radio Internet), FM RDS (Radio yang mempunyai fasilitas RDS/Radio Data System) dan melalui Website BMG (www.bmg.go.id). Apabila gempa tersebut telah memenuhi syarat atau kondisi terjadinya Tsunami, maka BMG akan mengeluarkan peringatan Awas Tsunami. Artinya, gempa tersebut berpotensi untuk menimbulkan Tsunami. Untuk jenis Peringatan ini maka, pemerintah mengeluarkan isu evakuasi. Untuk kategori Awas Tsunami ini, Pemerintah Daerah mempunyai kewenangan untuk membunyikan SIRENE yang berarti Lakukan Evakuasi ! Peringatan Awas Tsunami ini juga akan secara otomotis ditampilkan melalui Mass Media Elektronik TV dan Radio.
Pengalaman serta banyak kejadian dilapangan membuktikan bahwa meskipun banyak peralatan canggih yang digunakan, tetapi alat yang paling efektif hingga saat ini untuk Sistem Peringatan Dini Tsunami adalah RADIO. Oleh sebab itu, kepada masyarakat yang tinggal didaerah rawan Tsunami diminta untuk selalu siaga mempersiapkan RADIO FM untuk mendengarkan berita peringatan dini Tsunami. Alat lainnya yang juga dikenal ampuh adalah Radio Komunikasi Antar Penduduk. Organisasi yang mengurusnya adalah RAPI (Radio Antar Penduduk Indonesia). Mengapa Radio ? jawabannya sederhana, karena ketika gempa seringkali mati lampu tidak ada listrik. Radio dapat beroperasi dengan baterai. Selain itu karena ukurannya kecil, dapat dibawa-bawa (mobile). Radius komunikasinyapun relatif cukup memadai.
Seismometer (bahasa Yunani: seismos: gempa bumi dan metero: mengukur) adalah alat atau sensor getaran, yang biasanya dipergunakan untuk mendeteksi gempa bumi atau getaran pada permukaan tanah. Hasil rekaman dari alat ini disebut seismogram.
Prototip dari alat ini diperkenalkan pertama kali pada tahun 132 SM oleh matematikawan dari Dinasti Han yang bernama Chang Heng. Dengan alat ini orang pada masa tersebut bisa menentukan dari arah mana gempa bumi terjadi.
Dengan perkembangan teknologi dewasa ini maka kemampuan seismometer dapat ditingkatkan, sehingga bisa merekam getaran dalam jangkauan frekuensi yang cukup lebar. Alat seperti ini disebut seismometer broadband.
Seismograf adalah sebuah perangkat yang mengukur dan mencatat gempa bumi. Pada prinsipnya, seismograf terdiri dari gantungan pemberat dan ujung lancip seperti pensil. Dengan begitu, dapat diketahui kekuatan dan arah gempa lewat gambaran gerakan bumi yang dicatat dalam bentuk seismogram.
Seismograf memiliki instrumen sensitif yang dapat mendeteksi gelombang seismik yang dihasilkan oleh gempa bumi. Gelombang seismik yang terjadi selama gempa tergambar sebagai garis bergelombang pada seismogram. Seismologist mengukur garis-garis ini dan menghitung besaran gempa.
Dahulu, seismograf hanya dapat mendeteksi gerakan horizontal, tetapi saat ini seismograf sudah dapat merekam gerakan-gerakan vertikal dan lateral. Seismograf menggunakan dua gerakan mekanik dan elektromagnetik seismographer. Kedua jenis gerakan mekanikal tersebut dapat mendeteksi baik gerakan vertikal maupun gerakan horizontal tergantung dari pendular yang digunakan apakah vertikal atau horizontal.
Seismograf modern menggunakan elektromagnetik seismographer untuk memindahkan volatilitas sistem kawat tarik ke suatu daerah magnetis. Peristiwa-peristiwa yang menimbulkan getaran kemudian dideteksi melalui spejlgalvanometer.
Oleh: Duma Fransisca Sihotang (MNH '09).

Kamis, 05 November 2009

Pengukuran Sifat Datar Memanjang

Ilmu ukur tanah adalah ilmu yang mempelajari pengukuran-pengukuran untuk menentukan letak titik yang berada di atas atau di bawah permukaan tanah, atau dengan kata lain, ilmu ukur tanah memasang titik-titik di lapangan. letak titik-titik tersebut berguna untuk melihat garis-garis kontur tanah, kompliming peta, atau untuk melihat kemiringan konstruksi pada pekerjaan teknik sipil.
Kita mengetahui bahwa permukaan bumi ini tidak rata (tidak sama tinggi). dalam penentuan titik koordinat yang dikehendaki, titik pertama harus terlebih dahulu ditentukan. dalam hal ini, titik pertama terikat dengan satu titik tetap yang konstan (tidak berubah), agar tidak terjadi pergesaran yang tidak menentu pada titik pertama. setelah titik pertama ditentukan, maka titik kedua baru dapat ditentukan. perbedaan tinggi pada kedua titik tersebut dapat diukur dengan menggunakan prinsip sifat datar.
Maka untuk mengukur panjang titik yang ditentukan tersebut didatas, diperlukanlah suatu metode pengukuran jarak horizontal (mendatar). bagian-bagian dari pengukuran kerangka dasar horizontal adalah:
  1. Metode Poligon
Poligon digunakan bila titik-titik yang akan dicari koordinatnya terletak memanjang sehingga terbentuk segi banyak (poligon). Pengukuran dan pemetaan poligon merupakan salah satu pengukuran dan pemetaan kerangka dasar horizontal yang bertujuan untuk memperoleh koordinat Planimetris. penentuan koordinat dengan metode poligon ini membutuhkan:
- Koordinat awal
- Koordinat akhir
- Azimuth awal
- Data ukuran sudut dan jarak

2. Metode Triangulasi.
Metode triangulasi digunakan apabila daerah yang hendak diukur mempunyai panjang dan lebar yang sama, sehingga dapat dibuat jaring-jaring segitiga. Pada cara ini, yang diukur adalah sudut-sudut pada segitiga yang telah terbentuk tersebut.

3. Metode Trilaterasi
Digunakan apabila pada daerah yang diukur, bagian salah satunya lebih besar ukurannya daripada ukuran bagian yang lain. sama halnya, dibuat jaring-jaring segitiga, dan kemudian dihitung besar sudut kesemua sudut segitiga tersebut.

4. Metode pengikatan ke muka
merupakan suatu metode pengukuran pada dua buah titik di lapangan untuk memperoleh koordinat titik yang lain tempat berdirinya target (rambu ukur) yang akan diketahui koordinatnya dari titik tersebut.

5. Metode Collins dan Cassini
metode pengukuran ini dilakukan dengan cara megikat ke belakang pada titik tertentu dan yang diukur adalah sudut yang berada di titik yang akan ditentukan koordinatnya.

Pengukuran sifat datar memanjang ini dilakukan untuk mengetahui profil titik-titik koordinat yang ditentukan diatas permukaan bumi. karena seperti yang kita ketahui bahwa bentuk bumi itu tidak sepenuhnya rata, namun ada bentukan-bentukan tersendiri berupa pegunungan, hutan, lembah, jurang, laut, dll. olehkarena itu diperlukan bantuan dari bidang matematis lainnya untuk mempermudah proses pengukuran jarak tersebut.
Metode sipat datar pada prinsipnya ialah mengukur tinggi bidik alat sipat datar optis di lapangan menggunakan rambu ukur. hingga saat ini, pengukuran sipat datar dengan menggunakan metode alat optis masih merupakan cara pengukuran yang paling teliti.
untuk melakukan pembacaan mistar diperlukan suatu garis lurus. garis lurus itu ialah garis nivo.